MAKALAH BAHASA RAKITAN
“RANGKAIAN LAMPU FLIP FLOP 2 LED”

RITA WULAN SARI
14210095
Kata
Pengantar
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang rangkaian
Flip-Flop .
Makalah
“Flip-Flop” ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan
berkembangnya bidang elektronika yang demikian cepatnya, maka makin berkembang
pula aplikasi – aplikasi elektronika yang ada. Peralatan elektronika yang
menggunakan banyak transistor pun semakin ditinggalkan. Oleh karena itu
pabrik-pabrik semikonduktor mulai berpikir untuk membuat suatu komponen dengan
kemasan yang kompak dan kecil disertai dengan fungsi- fungsi tertentu. Kemasan
demikian disebut Integrated Circuit (IC).
IC mengkombinasikan
tiga komponen elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari
pasir kuarsa. Para ilmuwan kemudian berhasil memasukkan lebih banyak
komponen-komponen ke dalam suatu chip tunggal yang disebut semikonduktor.
Integrated Circuit (IC) merupakan komponen semikonduktor yang di dalamnya dapat
memuat puluhan, ratusan atau ribuan atau bahkan lebih komponen dasar elektronik
yang terdiri dari sejumlah komponen resistor, transistor, dioda dan komponen
semikonduktor yang lain. Komponen-komponen yang ada di dalam IC membentuk suatu
subsistem terintegrasi (rangkaian terpadu) yang bekerja untuk suatu keperluan
tertentu, namun tidak tertutup kemungkinan dipergunakan untuk tujuan yang lain.
Setiap jenis IC didesain untuk keperluan khusus sehingga setiap IC akan
memiliki rangkaian internal yang beragam.
Untuk mempermudah pemakaian IC tersebut maka dibentuklah
suatu bentuk yang standard. Salah satu standard IC tersebut adalah DIP (Dua
Inline Package), dimana kaki-kaki IC tersebut susunannya terdiri dari dua jalur
yang simetris dari 8, 14, 16 kaki dan seterusnya.
Untuk mengetahui urutan kaki-kaki tersebut adalah sebagai
berikut : urutan kaki 1 s/d 8 atau s/d 14 atau s/d 16, apabila dilihat dari
atas IC tersebut adalah berlawanan dengan arah putaran jam, dimana hitungan
tersebut dimulai dari ujung yang ada tanda atau titik. Pemakaian IC pun tidak
luput dari rangkaian sistem digital. Dalam hal ini, perkembangan elektronika
sistem digital tersebut khususnya telah banyak diterapkan pada peralatan yang menggunakan
rangkaian Flip-Flop.
Flip-flop adalah rangkaian digital yang digunakan untuk
menyimpan satu bit secara semi permanen sampai ada suatu perintah untuk
menghapus atau mengganti isi dari bit yang disimpan. Gerbang Flip-Flop adalah
sebuah sirkuit yang memiliki dua keadaan stabil yang dapat digunakan untuk
menyimpan suatu keadaan informasi. Keadaan ini dapat diubah dengan mengganti
sinyal input dan akan menghasilkan satu atau dua output.
Prinsip dasar dari
flip-flop adalah suatu komponen elektronika dasar seperti transistor, resistor
dan dioda yang di rangkai menjadi suatu gerbang logika yang dapat bekerja
secara sekuensial.. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat sekuensial karena
sistem kerjanya diatur dengan jam atau pulsa, yaitu sistem-sistem tersebut
bekerja secara sinkron dengan deretan pulsa berperiode T yang disebut jam
sistem (System Clock).
Dari
latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dapat dilihat bahwa peralatan
elektronika telah berkembang begitu pesat yakni ditandai dengan diterapkannya
teknologi sistem digital pada berbagai rangkaian, diantaranya pada rangkaian
Flip-Flop.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
cara merangkai rangkaian lampu flip – flop?
2. Mengapa
produk flip – flop ini bermanfaat bagi masyarakat?
3. Upaya
apakah apabila terjadi kendala pada rangkaian tersebut?
4. Bagaimana
cara kerja pada rangkaian tersebut?
1.3
Batasan Masalah
Dengan melihat latar belakang
permasalahan diatas, maka pokok permasalahan yang ingin diketahui adalah :
1. Bagaimana kerja keseluruhan dari
rangkaian Flip-Flop dan output yang dihasilkan?
2. Bagaimana peranan dari masing-masing
komponen untuk menghasilkan output dari alat tersebut.
3.Bagaimana rangkaian Flip-Flop
bekerja.
1.4
Tujuan Dan Manfaat
1.4.1
Tujuan
1. Tujuan utama pembuatan makalah ini
adalah sebagai wujud rasa tanggung jawab penyusun selaku mahasiswa atas
tanggung jawab nya.Dalam hal ini penyusun berusaha menyelesaikan tugas yang
diberikan dosen mata kuliah Bahasa Rakitan.
2. Mahasiswa dapat
menganalisis karakteristik rangkaian Flip-flop.
3. Mahasiswa
mengetahui prinsip kerja dan karakteristik dari rangkaian Flip-flop.
4. Mahasiswa mampu
merangkai dan mambuat rangkaian flip-flop.
1.4.2
Manfaat
1. Adapun manfaat dari pembuatan
makalah ini adalah agar penyusun maupun pembaca dapat menambah wawasan nya
tentang komponen-komponen yang terdapat dalam pembuatan rangkaian
2. Pembaca dan penyusun juga dapat memahami beberapa karakteristik
pada rangkaian flip-flop
3. Penyusun dapat memperkenalkan
tentang rangkaian flip-flop kepada masyarakat agar dapat lebih dikembangkan
lagi.
1.5
Metode
Penulisan
Penyusunan makalah ini dilakukan
dalam beberapa metode penulisan diantaranya adalah :
1. Metode Pustaka Teori-teori yang
berhubungan dengan pembuatan makalah didapat melalui pencarian dibuku-buku dan
media elektronik, khususnya dari internet.
2. Metode Penganalisaan Analisa
rangkaian dibuat dengan dibantu saran-saran yang didapat dari konsultasi yang
telah kami lakukan sebelum penyusunan makalah. agar prinsip cara kerja alat dan
komponen dapat dipahami.
3. Metode Lapangan Setelah
penganalisaan dilakukan kemudian dibuatlah berupa alat rangkaian dengan
beberapa kali dilakukan percobaan pada alat yang telah dibuat untuk mengetahui
apakah alat tersebut telah berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Flip-Flop
2.1.1 Pengertian
Flip-Flop
Flip
flop adalah rangkaian digital yang di gunakan untuk menyimpan satu bit secara
semi permanen sampai ada perintah untuk menghapus atau mengganti bit yang sudah
tersimpan. Prinsip dasar dari flip flop adalah suatu komponen elektronika
seperti thransistor, resistor, dan dioda yang di rangkai menjasdi suatu gerbang
logika yang dapat bekerja secara sekuensial.
Kita
akan menjelaskan beberapa perbedaan rangkaian kombinasional dan sekuensial
berikut adalah penjelasannya :
1. Perbedaan dari rangkaian
kombinasional dan sekuensial
•
Rangkaian kombinasional terdiri dari
gerbang logika yang memiliki output yang selalu tergantung pada kombinasi input
yang ada. Rangkaian kombinasional melakukan operasi yang dapat ditentukan
secara logika dengan memakai sebuah fungsi boolean.
• Rangkaian sekuensial merupakan rangkaian logika yang keadaan outputnya tergantung pada keadaan input-inputnya juga tergantung pada keadaan output sebelumnya. Rangkaian ini juga didefenisikan sebagai rangkaian logika yang outputnya tergantung waktu.
• Rangkaian sekuensial merupakan rangkaian logika yang keadaan outputnya tergantung pada keadaan input-inputnya juga tergantung pada keadaan output sebelumnya. Rangkaian ini juga didefenisikan sebagai rangkaian logika yang outputnya tergantung waktu.
2. Perbedaan dari : Truth table, state
table, characteristic table, exitation table serta perbedaan dari Boolean
equation, state equation, characteristic equation, flip-flop input equation.
Bagian A
3.
Penjelasan dari bebereapa flip flop :
•
D Flip-flop merupakan salah satu jenis flip-flop yang dibangun dengan
menggunakan flip-flop S-R. Perbedaannya dengan flip-flop S-R terletak pada
inputan R, pada D Flip-flop inputan R terlebi dahulu diberi gerbang NOT, maka
setiap input yang diumpankan ke D akan memberikan keadaan yang berbeda pada
input S-R, dengan demikian hanya akan terdapat dua keadaan S dan R yairu S=0
dan R=1 atau S=1 dan R=0, jadi dapat disi
• Master Save D Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang memiliki 2 latch D dan sebuah inverter. Latch yang satu bernama Master dan yang kedua bernama Slave. Master D hanya akan mendeskripsikan diktat yang outputnya hanya dapt diganti selama ujung negatif jam.
• JK Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang dibangun untuk megantisipasi keadaan terlarang pada flip-flop S-R.
• T Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang dibangun dengan menggunakan flip-flop J-K yang kedua inputnya dihubungkan menjadi satu maka akan diperoleh flip-flop yang memiliki watak membalik output sebelumnya jika inputannya tinggi dan outputnya akan tetap jika inputnya rendah.
• Master Save D Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang memiliki 2 latch D dan sebuah inverter. Latch yang satu bernama Master dan yang kedua bernama Slave. Master D hanya akan mendeskripsikan diktat yang outputnya hanya dapt diganti selama ujung negatif jam.
• JK Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang dibangun untuk megantisipasi keadaan terlarang pada flip-flop S-R.
• T Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang dibangun dengan menggunakan flip-flop J-K yang kedua inputnya dihubungkan menjadi satu maka akan diperoleh flip-flop yang memiliki watak membalik output sebelumnya jika inputannya tinggi dan outputnya akan tetap jika inputnya rendah.
2.2.Komponen Yang Digunakan
2.2.1 Resistor
Pada dasarnya semua bahan memiliki
sifat resistif namun beberapa bahan seperti tembaga, perak,emas dan bahan metal
umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan - bahan tersebut
menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan
dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas, karbon memiliki
resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai
insulator.
Resistor adalah komponen dasar elektronika
yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian.
Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan
karbon. Dari hukum Ohm yang diketahui bahwa resistansi berbanding terbalik
dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu
resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω ( Omega ).
Jika
Resistor tidak dialiri arus, maka tegangan kedua ujungnya sama. Jika Resistor
dialiri arus, maka beda tegangan antara kedua ujungnya adalah I.R, dimana I
adalah besarnya arus dan R adalah nilai hambatan.
Tipe resistor dibagi menjadi dua
yaitu resistor tetap dan resistor tidak tetap. Resistor tetap adalah resistor
dengan nilai hambatan tetap. Resistor tetap (umum) ini berbentuk tabung dengan
dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk
gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa
mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Berikut ini gambar resistor dan simbolnya.

Gambar 2.1.Resistor Dan Simbol

Tabel 2.1. Warna Resistor
Tabel di atas ini memberikan nilai -
nilai warna gelang secara jelas. Resistansi dibaca dari warna gelang yang
paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat, merah, emas atau perak.
Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada badan resistor yang paling
pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang
pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung
mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut.
Jumlah gelang yang melingkar pada resistor
umumnya sesuai dengan besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi
5%, 10% atau 20% memiliki 3 gelang ( tidak termasuk gelang toleransi ). Tetapi
resistor dengan toleransi 1% atau 2% ( toleransi kecil ) memiliki 4 gelang (
tidak termasuk gelang toleransi ). Gelang pertama dan seterusnya berturut –
turut menunjukkan besar nilai satuan dan gelang terakhir adalah faktor
pengalinya. Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas.
Gelang berwarna emas merupakan gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna
gelang resistor ini adalah gelang pertama berwarna kuning, gelang ke - dua
berwana violet dan gelang ke - tiga berwarna merah. Gelang ke – empat tentu
saja yang berwarna emas dan ini adalah gelang toleransi.
Dari tabel di atas diketahui jika
gelang toleransi berwarna emas, berarti resistor ini memiliki toleransi 5%.
Nilai resistansinya dihitung sesuai dengan urutan warnanya. Pertama yang
dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resistor ini
resistor 5% ( yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi ),maka
nilai satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua. Masih dari
tabel di atas diketahui gelang kuning nilainya adalah 4 dan gelang violet
nilainya adalah 7. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet
berurutan, nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan
jika warna gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah 100. Sehingga
dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan
dikalikan dengan faktor pengali atau 47 x 100 = 4.7K Ohm dan toleransinya
adalah 5%. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resistor pada
suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt - nya. Karena
resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya
berupa panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa
menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut.
Umumnya tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1,
2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt
umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih atau sering
disebut resistor batu, namun ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya
untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya,
misalnya 100Ω5W. Sedangkan resistor tidak tetap adalah resistor yang nilai
hambatannya berubah- ubah yaitu potensiometer dan trimpot (resistansi dapat
diubah dengan cara diputar dengan obeng).
2.1.2 Kapasitor
Kapasitor
(Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf “C”
adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi / muatan listrik di dalam medan
listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan
listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791- 1867). Satuan
kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm2 yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut.

Gambar 2.2 Kapasitor
Struktur sebuah kapasitor terbuat
dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan
dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan
lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan
positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat
yang sama muatan- muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi.
Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya
muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh
bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak
ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Bila kapasitor dihubungkan ke baterai,
kapasitor terisi hingga beda potensial antara kedua terminalnya sama dengan
tegangan baterai. Jika baterai dicabut, muatan-muatan listrik akan habis dalam
waktu yang sangat lama, terkecuali bila sebuah konduktor dihubungkan pada kedua
terminal kapasitor. Proses yang terjadi pada kapasitor ini dapat disebut
sebagai proses charging - discharging. Di alam bebas, phenomena kapasitor
terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.
Kapasitansi didefinisikan sebagai
kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs
pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian
Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki
kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan
elektron sebanyak 1 coulombs. Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi
dihitung dengan mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua
plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumus
dapat di tulis sebagai berikut :
C = (8.85 x 10-12 ) (k A/t)
Berikut adalah tabel contoh
konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang disederhanakan :

Tabel 2.2 Tabel Konstanta
Untuk rangkaian elektronik praktis,
satuan farad adalah sangat besar sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasaran
memiliki satuan : µF, nF dan pF.
1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)
1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
1 µF = 10-6 F
1 nF = 10-9 F
1 pF = 10-12 F
Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca
besaran sebuah kapasitor. Misalnya 0.047µF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau
contoh lain 0.1nF sama dengan 100pF. Kapasitor / kondensator diidentikkan
mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki
cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung

Gambar 2.3 Kapasitor Polar Dan NonPolar
Wujud
dan Macam Kondensator
Berdasarkan
kegunaannya kondensator di bagi menjadi:
a. Kondensator tetap (nilai
kapasitasnya tetap / tidak dapat diubah).
Kapasitor tetap dibagi menjadi
kapasitor berkutub atau polar dan kapasitor non - polar. Contoh kapasitor polar
adalah Electrolit Condenser (Elco). Kapasitor non – polar tidak mempunyai kutub
sehingga tidak menjadi masalah apabila dipasang terbalik.
b. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat
diubah – ubah). Yang termasuk kapasitor tidak tetap adalah varco (kapasitansi
dapat diubah dengan menggunakan obeng) dan trimmer (kapasitansi diubah dengan
memutar pada porosnya). Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi
umumnya ditulis dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum
dan polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis
kapasitansinya sebesar 100µF25v yang artinya kapasitor/ kondensator tersebut
memiliki nilai kapasitansi 100 µF dengan tegangan kerja maksimal yang
diperbolehkan sebesar 25 volt. Kapasitor yang ukuran fisiknya kecil biasanya
hanya bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka,
satuannya adalah pF (pico farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan
dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3
digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3
adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya,
berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000, 5 = 100.000 dan
seterusnya.
Untuk kapasitor polyester nilai
kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan warna seperti pada resistor.

Tabel 2.3 Tabel Nilai
Kapasitor Tipe Kapasitor
Kapasitor terdiri dari beberapa
tipe, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk lebih sederhana dapat dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic dan
electrochemical.
a. Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah
kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik dari keramik, film dan
mika. Keramik dan mika adalah bahan yang populer serta murah untuk membuat
kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai beberapa
µF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi
tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah bahan-bahan material
seperti polyester (polyethylene terephthalate atau dikenal dengan sebutan mylar),
polystyrene, polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.
b. Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic
terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan dielektriknya adalah lapisan
metal-oksida. Umumnya kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor
polar dengan tanda + dan - di badannya. Kapasitor ini memiliki polaritas karena
proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutub positif
anoda dan kutub negatif katoda.
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum,
alumunium, magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya
dapat dioksidasi sehingga membentuk lapisan metal-oksida (oxide film). Lapisan
oksidasi ini terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada proses
penyepuhan emas. Elektroda metal yang dicelup ke dalam larutan elektrolit
(sodium borate) lalu diberi tegangan positif (anoda) dan larutan electrolit
diberi tegangan negatif (katoda). Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan
mengoksidasi permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan alumunium, maka
akan terbentuk lapisan Alumunium-oksida (Al2O3) pada permukaannya.
Dengan demikian berturut-turut plat
metal (anoda), lapisan-metal-oksida dan electrolyte (katoda) membentuk
kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal- oksida sebagai dielektrik. Dari rumus
umum diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal dielektrik.
Lapisan metal-oksida ini sangat tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat
kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.
Karena alasan ekonomis dan praktis,
umumnya bahan metal yang banyak digunakan adalah alumunium dan tantalum. Bahan
yang paling banyak dan murah adalah aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang
luas, bahan plat Aluminium ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara
itu dapat diperoleh kapasitor yang kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF,
470uF, 4700uF dan lain-lain, yang sering juga disebut kapasitor elco.
Bahan electrolyte pada kapasitor tantalum ada yang cair
tetapi ada juga yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan
larutan electrolit yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain
yaitu manganese- dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki
kapasitansi yang besar namun menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena
seluruhnya padat, maka waktu kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama.
Kapasitor tipe ini juga memiliki arus bocor yang sangat kecil Jadi dapat
dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi relatif mahal.
2.1.3 Dioda
Dioda adalah piranti elektronik yang
hanya dapat melewatkan arus dalam satu arah saja. Karena itu, dioda dapat
dimanfaatkan sebagai penyearah arus listrik, yaitu piranti elektronik yang
mengubah arus atau tegangan bolak-balik (AC) menjadi arus tegangan searah (DC).
Prinsip Kerja Dioda
Dioda terbentuk dari bahan
semikonduktor tipe P dan N yang digabungkan. Dengan demikian dioda sering
disebut PN junction. Dioda adalah gabungan bahan semikonduktor tipe N yang
merupakan bahan dengan kelebihan elektron dan tipe P adalah kekurangan satu elektron
sehingga membentuk Hole. Hole dalam hal ini berfungsi sebagai pembawa muatan.
Apabila kutub P pada dioda (biasa disebut anode) dihubungkan dengan kutub
positif sumber maka akan terjadi pengaliran arus listrik dimana elektron bebas
pada sisi N (katode) akan berpindah mengisi hole sehingga terjadi pengaliran
arus.
Sebaliknya
apabila sisi P dihubungkan dengan negatif baterai / sumber, maka elektron akan
berpindah ke arah terminal positif sumber. Didalam dioda tidak akan terjadi
perpindahan elektron.
Jenis –Jenis Dioda P
ada
dasarnya setiap dioda memiliki karakteristik yang sama tetapi ada beberapa
dioda yang memiliki keistimewaan khusus, diantaranya :
a. Dioda hubungan
Dioda yang dapat menghantarkan arus
dan tegangan yang besar pada satu arah saja. Contoh : IN4001, IN4002.
b. Dioda kontak titik
Dioda ini berfungsi untuk mengubah frekuensi
tinggi ke frekuensi rendah. Contoh : IN60, OA70
c. Dioda Zener
Dioda zener adalah tipe dioda yang
spesial, dimana arus dapat mengalir pada arah kebalikan. Dioda zener sebenarnya
sama seperti dioda biasa dapat mengalirkan arus pada arah bias maju. Jika di
bias terbalik juga bekerja seperti biasa, kecuali bila mencapai tegangan yang
bekerja pada zener / breakdown voltage, dioda zener akan mengalirkan arus
listrik dalam arah bias terbalik atau mundur. Dioda menolak aliran arus pada
arah kebalikan selama tegangan balik (reversing voltage) tetap rendah. Tetapi
jika tegangan mendekati batas breakdown, dioda zener akan dialiri arus pada
arah kebalikan. Dengan kata lain tahanan dioda zener breakdown mendekati nol
dan arus balik (reverse current) dapat mengalir.
Apabila arah arus ke depan, dioda
zener memiliki karakteristik yang sama dengan dioda-dioda secara umum, tetapi
karakteristik lainnya adalah arus akan mengalir ke dioda zener secara tiba-tiba
dari satu tegangan balik tertentu apabila tegangan digunakan pada arah
berlawanan. Tegangan kerja pada saat itu disebut dengan tegangan breakdown yang
besarnya antara beberapa volt sampai beberapa ratus volt. Aplikasi dioda zener
pada otomotif adalah pada sistem pengisian elektronika dan beberapa
komponen-komponen elektronik lainnya. Ukuran dioda zener yang banyak dijumpai
di pasaran adalah : •Tegangan Zener : dibuat dalam berbagai ukuran tegangan,
misal 3.3, 4.7, 5.1, 6.2, 6.8, 9.1, 10, 11, 12, 13, 15 sampai 200 volt.
• Untuk ukuran daya lebih banyak dibutuhkan
dalam arah/bias mundur contoh : P= 1.0,7=0,7 W, bias maju arus 1 A. P= 1.10=10
watt, bias mundur 1 A
d. Light Emiting Dioda (LED)
Yaitu jenis dioda yang mampu
menghasilkan cahaya apabila pada dioda tersebut bekerja tegangan 1.8V dan arus
listrik 1.5mA dengan arah forward bias / bias arus maju. Arus listrik juga akan
bekerja hanya pada arus bias maju. LED didesign dengan rumah atau case dari
bahan epoxy trasnparan. Warna cahaya yang dihasilkan dapat dibuat sesuai dengan
dopping bahan pada LED.
e. Dioda Foto
Jika semi konduktor menyerap cahaya, maka dapat tercipta
pasangan elektron bebas-lubang yang melebihi jumlah yang telah ada dalam semi
konduktor itu akibat kegiatan termal. Gejala ini disebut penyerapan foto (foto
absorption). Meningkatnya konduktifitas listrik akibat kelebihan muatan pembawa
oleh penyerapan foto disebut konduktifitas foto (foto konduktivitas). Jika
bungkus semi konduktor diberi “jendela” transparan (tembus cahaya) maka
konduktifitas listrik semi konduktor tergantung pada intensitas cahaya yang
jatuh padanya. Inilah prinsip kerja sebuah dioda foto.
Aplikasi dioda
Aplikasi dioda pada kendaraan banyak digunakan untuk penyearahan
arus seperti pada sistem pengisaian. Fungsi dioda adalah sebagai penyearah arus
dari arus bolak-balik menjadi arus searah agar dapat dimanfaatkan untuk mengisi
baterai dan menyuplai kebutuhan arus pada kendaraan.
Fungsi lain dioda ini pada kendaraan
adalah sebagai anti shock tegangan. Contoh aplikasinya adalah pada jenis relay
diberikan dioda dengan tujuan untuk mencegah terjadinya arus balik pada
rangkaian. Arus balik listrik ini dapat berasal dari induksi medan magnet yang dihasilkan
oleh kumparan relay. Induksi listrik ini biasanya lebih tinggi tegangannya
dibandingkan dengan tegangan sumber. Untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat
terjadinya tegangan induksi ini maka pada rangkaian relay dipasangkan rangkaian
dioda.
Penerapan Dioda Dalam Rangkaian
Penyearah
Karena sebuah dioda sambungan P-N hanya dapat mengalirkan
arus listrik dalam satu arah, maka diode dapat dimanfaatkan sebagai penyearah
(rectifier) untuk mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC). Ada dua
jenis penyearah, yaitu penyearah setengah-gelombang (half-wave rectifier) dan
penyearah gelombang–penuh (full-wave rectifier).
2.1.4 Transistor
Transistor adalah komponen terpenting yang ada dalam dunia
elektronika. Secara garis besar ada 2 macam transistor yaitu : BJT (Bipolar
Junction Transistor) dan FET (Field Effect Transistor). Transistor BJT
mempunyai tiga kaki utama yaitu : Emiter (E), colector (C) dan base (B). Dari
transistor dapat dibuat rangkaian penguat atau amplifier. Penguatan dapat
diambil dengan berbagai cara dengan menggunakan transistor. Transistor bipolar
biasanya digunakan sebagai saklar elektronik dan penguat pada rangkaian
elektronika digital. Transistor memiliki 3 terminal dan biasanya dibuat dari
bahan silikon atau germanium. Kaki transistor ini dapat dikombinasikan menjadi
jenis N-P-N atau P-N-P. Transistor memiliki dua sambungan, yaitu antara emitter
dan basis dan antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor seperti
dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter - basis, atau
disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor - basis, atau disingkat
dengan dioda kolektor. Berikut ini merupakan gambar dan simbol dari transistor,
baik NPN maupun PNP.

Gambar 2.4 Transistor NPN dan PNP
Pada transistor NPN, pemberian
tegangan positif dari basis ke emittor,· menyebabkan hubungan collector ke
emittor terhubung singkat, yang menyebabkan transistor aktif ( ON ). Pemberian
tegangan negatif atau 0 V dari basis ke emittor menyebabkan hubungan collector
dan emittor terbuka, yang disebut transistor mati ( OFF ).
Pada
transistor PNP, pemberian tegangan negatif dari basis ke emittor ini akan
menyalakan transistor ( ON ). Dan pemberian tegangan positif dari basis ke
emittor ini akan membuat transistor mati ( OFF ).
2.1.5 Potensiometer
Potensiometer
adalah salah satu jenis dari resistor yang variabel hambatannya dapat diubah
ubah. Pengubahan variabel hambatan pada potensiometer dapat dilakukan dengan
cara mengubah frekuensi dengan (
Potensiometer) memutar potensiometer tersebut. Dengan cara ini frekuensi output
rangkaian atau alat elektronika dapat diubah-ubah. Potensio banyak terdapat
pada alat- alat elektronika seperti radio untuk mengatur volume radio tersebut.
.

Gambar 2.5 Simbol Potensiometer
2.1.6 IC 3130
Operational Amplifier atau di
singkat op-amp merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan dalam
berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp yang paling sering
dipakai antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator dan
diferensiator. Pada pokok bahasan kali ini penulis hanya akan membahas kegunaan
Op-Amp pada alat Lampu flip-flop.
Pada Op-Amp memiliki 2 rangkaian
feedback (umpan balik) yaitu feedback negatif dan feedback positif dimana
feedback negatif pada op-amp memegang peranan penting. Secara umum, umpan balik
positif akan menghasilkan osilasi sedangkan umpan balik negatif menghasilkan
penguatan yang dapat terukur. Pada rangkaian Lampu flip-flop IC 3130 digunakan
sebagai rangkaian Osilator (penghasil detak pulsa)
Penjelasan Rangkaian Osilator
Pada
rangkaian lampu flip-flop, osilator yang digunakan yaitu IC 3130, keluaran dari
osilator ini berupa gelombang atau denyut.

Gambar 2.6 IC 3130
2.1.7 IC 4017 ( Decoder Counter )
Mungkin jenis IC ini tidak asing
bagi para penggemar elektronika. IC logika dari jenis CMOS ini biasa digunakan
untuk membuat rangkaian running LED 10 tahap. IC 4017 memang mempunyai nama
resmi "Decade Counter", lebih lengkapnya "5 Stage Johnson Decade
Counter" atau "5 Stage Divide by Ten Johnson Counter".
Apa maksud kata '5 Stage' sedangkan
keluaran 4017 ada 10 tahap? IC 4017 memang terbentuk dari 5 DFF yang
dikonfigurasikan sebagai pembagi dua (Johnson Counter). Sehingga dengan adanya
5 untai pembagi dua, dapat diperoleh 10 output yang aktif (berlogika tinggi)
secara bergantian. Standar suplai untuk IC 4017 adalah sesuai standar catu
untuk IC logika CMOS : +3 - +15 VDC. Keluaran berlogika tinggi sesuai urutan
(output 0 - output 9). Pergeseran logika tinggi pada output berdasarkan masukan
clock pada pin 14. Semakin tinggi frekuensi clock, semakin cepat pergeseran
logika pada pin - pin output. Clock diaktifkan dengan memberikan logika rendah
pada pin ENABLE (pin 13). Jika pin ENABLE mendapat logika tinggi, pergeseran
logika pada output akan berhenti (pause). Pin RESET berfungsi membuat
pergeseran logika pada output dimulai lagi dari output 0. Jika pin RESET diberi
logika tinggi, logika tinggi akan muncul pada output 0, sedangkan output lain
berlogika rendah.
Pin
RESET akan nonaktif jika diberi logika rendah. Terakhir, ada pin CARRY OUT yang
berfungsi melimpahkan carry jika pergeseran logika pada output sudah satu
putaran. Jadi jika Anda ingin menambahkan IC yang lebih banyak, CARRY OUT dapat
dipakai sebagai CLOCK IN bagi IC 4017 berikutnya.

Gambar 2.7. IC 4017
BAB
III
ANALISA
DAN PEMBAHASAN
3.1Analisa Prinsip Kerja Rangkaian Lampu Flip-Flop
Rangkaian lampu atau lipat beberapa
panggilan biasa ke Lampu Flip-Flop adalah Multivibrator-astabil (Multivibrator
tak stabil). Transistor di set kedua hal ini untuk mengirimkan dan pada
gilirannya sehingga LED D1 dan D2 akan menghidupkan dan mematikan secara bergantian.
Flame-kecepatan mematikan LED ditentukan oleh ukuran kapasitor C1 dan C2.
Semakin besar nilai kapasitor perlahan akan mengubah frekuensi-nyala lampu LED
yang kedua keluar. Dengan nilai C1 = C2 kemudian api akan keanaeragaman LED1
dan LED2-out dengan frekuensi yang sama.
Tegangan yang dibutuhkan adalah 9
VDC. Jika menggunakan sebagian daya 3 Volt (2 buah baterai 1,5 Volt), R1 dan R2
dapat diabaikan dan kaki katoda LED masing-masing langsung terhubung ke kaki
kolektor transistor terkait.
Pada dasarnya, Flip-flop bekerja
berdasarkan prinsip kerja transistor sebagai angkaian tersebut diberi tegangan
maka maka salah satu dari transistor akan berada dalam kondisi on. Kondisi ini
akan tergantung pada kapasitor mana yang memiliki muatan lebih tinggi dibanding
dengan kapasitor lain. Kapasitor yang memiliki muatan lebih tinggi akan
melepaskan muatan listrik lebih dahulu sehingga transistor yang kaki basisnya
terhubung dengan kapasitor tersebut akan berada dalam kondisi on sementara
transistor tersebut on akan menyebabkan kapasitor yang terhubung dengan kaki
kolektor akan terisi muatan, jika salah satu transistor dalam kondisi on maka
transistor yang lain akan berada dalam konsi off hal ini akan berlaku terus
menerus secara bergantian sehingga terjadilah pergiliran nyala lampu yang
disebut lampu flip-flop.
Coba kita mulai dengan Tr1, Jika
Tr1 dalam kondisi on (disebabkan C1 melepas a kolektor dan emitor
akan terhubung sehingga Lampu D1 mendapat arus listrik sehingga
D1 menyala, pada saat yang sama C2 mengisi muatan, setelah penuh maka
C2melepas muatan sehingga Tr2 sekarang berada dalam kondisi on sementara
Tr1 berubah ke kondisi off. Pada saat Tr2 dalam kondisi on akan
menyebabkan kolektor dan emitor terhubung sehingga lampu D2 mendapat arus
listrik dan menyala, pada saat yang sama C1mengisi muatan, demikian seterusnya
selama rangkaian flip-flop ini mendapat arus listrik, maka peristiwa tersebut
akan berulang. Sementara fungsi resistor dalam rangkaian ini adalah untuk
memberi bias tegangan pada kaki basis dari masing-masing transistor.
3.2.Analisa rangkaian secara detail

Gambar 3.1 Rangkaian
Flip-Flop 2 LED
Skema rangkaian Lampu Flip-Flop
2 Transistor bisa dikerjakan dngn memberikan jumlah LED yg dipakai dengan
langkah memparallel LED itu ke LED Dioda 1 & LED Dioda 2. Butuh diingat
kekuatan transistor dalam mengalirkan arus terbatas, hingga menambahkan jumlah
LED janganlah terlalu berlebih. Untuk memperoleh variasi hidup lampu yg lebih
indah bisa dikerjakan dngn mengatur tata letak LED yg dipasang di Skema
rangkaian Lampu Flip-Flop
2 Transistor itu.
Untuk mengatur interval maupun jarak lampu hidup & mati pada LED
Dioda 1 & Dioda 2 bisa diatur dngn langkah merubah nilai Capasitor 1 &
Capasitor 2, makin kecil nilai kapasitor/kondensator yg dipakai maka makin
cepat interval hidup lampu LED Dioda 1 & Dioda 2, makin besar nilai
kapasitansi LED Dioda 1 & Dioda 2 maka makin lama interval hidup lampu LED
Dioda 1 & Dioda 2 di Skema rangkaian Lampu Flip-Flop
2 LED Transistor itu.
BAB
VI
LANGKAH KERJA DAN HASIL RANGKAIAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1
Alat
1. Solder 1 buah
2. Landasan ( tempat menyolder ) 1 buah
3.Gunting
1. Solder 1 buah
2. Landasan ( tempat menyolder ) 1 buah
3.Gunting
4.1.2
Bahan
No
|
Nama komponen
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Resistor
|
1
|
470 Ω
|
2
|
Resistor
|
2
|
220 Ω
|
3
|
Resistor
|
1
|
10 K Ω
|
4
|
LED
|
2
|
Kuning dan Hijau
|
6
|
Transistor
|
2
|
BC547 100 µ F / 50 V
|
8
|
Battery
|
1
|
9 V
|
10
|
PCB
|
1
|
-
|
11
|
Kabel
|
Secukupnya
|
-
|
12
|
Timah
|
Secukupnya
|
-
|
4.2 Langkah Kerja
1. Alat dan bahan yang dibutuhkan
terlebih dahulu dan pastikan semua alat dan bahan kondisi yang baik.
2. Kemudian susun komponen-komponen
seperti sesuai dengan Rangkaian Yang telah dibuat
3. Pasangkan masing masing komponen
pada PCB sesuai gambar rangkaian di atas
4. Solder bagian belakang dengan timah
5. Hubungkan arus ke rangkaian
4.3 Gambar Rangkaian


Gambar 4.1
Rangkaian Lampu Flip-Flop 2 LED lampu kuning menyala

Gambar 4.2
Rangkaian Lampu Flip-Flop 2 LED Lampu hijau menyala
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Flip flop adalah rangkaian digital yang
di gunakan untuk menyimpan satu bit secara semi permanen sampai ada perintah
untuk menghapus atau mengganti bit yang sudah tersimpan. Prinsip dasar dari
flip flop adalah suatu komponen elektronika seperti transistor, resistor, dan
dioda yang di rangkai menjadi suatu gerbang logika yang dapat bekerja secara
sekuensial hingga membentuk suatu rangkaian sehingga dapat menghasilkan
berbagai rangkaian flip flop.
Rangkaian kombinasional : rangkaian
yang memiliki output yang selalu bergantung pada suatu kombinasi input yang
ada.
Rangkaian sekuensional : rangkaian
yang keadaan outputnya bergantung pada input input yang juga bergantung pada
output sebelumnya.
5.2 Saran
Saya
mohon maaf bila makalah saya kurang menarik karena saya sadar masih banyak
kesalahan-kesalahan pada susunan makalah ini.untuk itu saya minta pada anda
semua mau berbagai ilmu serta dapat memberikan saran dan kritikannya agar
kedepannya saya dapat menyelesaikan makalah lebih baik lagi.
gambarnya tidak bisa di akses
BalasHapusnice ionformation min
BalasHapuslampu servis hp